Sabtu, 30 Juli 2011

BENTENG

Tidak banyak dari masyarakat kita mengenal doa-doa yang diciptakan leluhur kita sendiri sebagai bagian dari tradisi dan budaya kita sebagai masyarakat jawa. Doa-doa ini biasanya diciptakan dengan menggunakan bahasa daerah setempat dan memiliki kekuatan magis yang luar biasa. Seperti Kidung Rumekso Ing Wengi misalnya. Doa ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang memiliki berbagai macam kegunaan seperti ; memberantas hama, membentengi diri dari kejahatan, mengobat penyakit, dsb.Doa ini dituliskan dengan bahasa jawa yang mudah dipahami diri kita sendiri. Jaman dahulu, biasanya nenek moyang kita melafalkan doa ini dengan menggunakan tirakat tertentu. Misalnya berjalan mengelilingi pematang pada malam hari sambil melafalkan doa ini. Masyarakakt dahulu percaya bahwa doa ini benar-benar akan memberikan manfaat pada dirinya sendiri khususnya, jika dilafalkan dengan penuh keyakinan. Masih banyak doa-doa lain yang memiliki manfaat yang kurang lebih sama dengan Kidung Rumekso Ing Wengi. Misalnya saja doa yang diciptakan oleh Sultan Agung. Doa ini bernama " Benteng ". Fungsinya untuk membentengi diri kita dari hal-hal negatif seperti misalnya dari gangguan makhluk halus. Doanya seperti ini :



Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamu'alaikum Malaikat Jibril, Malaikat Mikail, Malaikat Izrafil, Malaikat Izrail, Kirahman Katibin, Bewo Waseso, Jajil Mukakil, Arohman Arupo bagus...
Assalamu'alaikum Malaikat Arohman, lenggaho siro ono ing jejantung, astono siro ono ing mbunmbunan.. sang klatar putih, sang kleter putih.. podho reksanen ingsun. Pomo wekco'o regilo wuluku sak lembar getihku sak tetes, ingsun tempuhake marang siro..
Assalamu'alaikum malaikat syiriah, Malaikat Hariaf, Malaikat Mafiah.. podho reksanen ingsun.. yo ingsun reksanen iro den'o becik.. ( tarik nafas ).. becik.. becik.. becik.. becik saking karsaning Allah.. ( hembuskan napas ).


Pada jaman sekarang ini, tidak banyak orang yang masih melafalkan doa-doa semacam tersebut diatas. mungkin beberapa dari kakek nenek kita masih ada yang sering melafalkan doa-doa semacam itu bahkan cara melafalkannya dilagukan dengan sebuah tembang. Mereka percaya dan meyakini, bahwa jika melafalkan doa dengan bahasa kita sendiri, kita dapat meresapi dan menghayati doa tersebut sehingga doa tersebut mampu memberikan daya yang luas biasa pada diri pribadi kita..

9 komentar:

  1. wah iyo pancen do lali. Dulu waktu SD malah diajari lafal Sifat Angin untuk lari kencang,ada juga bany ak sekali yang lain untuk kepentingan khusus. Ini produk budaya tapi aku belum jelas asal muasale. Akhirnya do'a yang kupakai lebih banyak bareng sholat, atau dengan bahasa sak karepku dhewe asal penak dan nggenah. Jos juga heee3

    BalasHapus
  2. Untuk melafalkan "Benteng Jiwo" itu seseorang hrs "dibuka" dulu oleh orang yang berwenang "membuka". Klo tdk dibuka dl, bisa gila yang tdk terobati. Di Jogja setahuku hanya ada 1 orang yang diberi wewenang buat "bukaan"

    BalasHapus
  3. Itu masih ada satu Malaikat yang belum disebutkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Njenengan apa dari perisai diri? Kok tau kerokhanian ini?

      Hapus
  4. Malaikat dinding jalallah blm disebut

    BalasHapus
  5. Orang perisai diri bukan ya...

    BalasHapus
  6. pager diri ciptaan sultan agung ini diajarkan turun temurun. memang harus pakai bukaan. perisai diri asalnya Jogja, pasti tahu rapalan ini

    ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malaikat dinding jallalullah podo aling2 ono ingsun

      Hapus
  7. Inti dari kalimat itu ada yang tahu apa?

    BalasHapus